Langsung ke konten utama

5 Alasan dan Manfaat Mengapa Anda Harus Mendaki Gunung

alasan dan manfaat mendaki gunung
Menatap Gunung Welirang dari Puncak Arjuno, Agustus 2015.


Awal mula
Bulan Juli 2012 silam, seorang sahabat mengajak saya dan beberapa teman untuk mendaki Gunung Penanggungan di akhir pekan. Gunung ini berlokasi di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sabtu malam rombongan berangkat dari Surabaya naik sepeda motor. Besok siangnya langsung turun dan balik ke Surabaya. Pada awalnya saya menolak ajakan tersebut karena bagi saya akhir pekan itu waktunya bermalas-malasan di rumah. Namun saya berubah pikiran lantaran teman-teman sangat antusias. Itulah debut saya mendaki gunung. Untungnya, sahabat yang mengajak saya itu pernah ikut Pencinta Alam di SMA-nya. Dia sudah pernah kesana beberapa kali dan tentu paham soal perlengkapan yang harus dibawa. Tak terasa sudah lebih dari 3 tahun berlalu sejak debut saya itu. Sudah banyak Gunung yang saya kunjungi. Pendakian terjauh bagi saya yakni ke Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat, bulan November 2013. Pertengahan tahun 2014 lalu saya mendaki Gunung Ciremai di Jawa Barat, dan terakhir dua bulan lalu saya ke Gunung Arjuno untuk kedua kalinya dengan jalur pendakian yang berbeda. Kalau di total ada sekitar dua puluhan gunung yang telah saya kunjungi. Saya lebih suka kata kunjungi daripada mendaki. Alasannya biar gak terkesan sombong dan memang mendaki bagi saya adalah kunjungan ke alam. Menikmati pemandangan dari atas bukit di ketinggian diatas awan. 

Nah, dalam postingan ini akan saya rangkumkan alasan mengapa saya memilih hobi mendaki gunung. Karena di banyak blog lain sering dibahas mengenai berbagai manfaat hiking, maka disini lebih saya tekankan berdasarkan pengalaman saya sendiri. 

Berikut ini 5 manfaat yang saya dapat dari hobi mendaki gunung.


1. Hiking itu asyik, karena penggabungan antara rekreasi dan olahraga outdoor
Ibarat pepatah: sambil menyelam minum air, begitu juga dengan hiking. Loh kok bisa? karena hiking itu sama dengan berwisata alam. Dimana lagi kita bisa jauh dari hiruk-pikuk perkotaan yang ruwetnya minta ampun. Tanpa bisingnya suara kendaraan dan polusi udara. Di gunung, yang ada hanya nyanyian alam. Dimana lagi kita bisa menikmati langit bertabur bintang yang mustahil kita temui di perkotaan. Yang paling ngangenin, dimana lagi kita bisa mencumbui dinginnya malam. Bukan sekadar wisata saja karena di dalamnya ada unsur olah fisik. Olah fisik yang dimaksud ialah olahraga outdoor karena dilakukan di luar ruangan. Hiking juga termasuk olahraga ekstrim karena banyak risiko yang bisa terjadi kapan saja secara tak terduga. Para pendaki tentu sudah tidak asing lagi dengan hypothermia, dehidrasi, tersesat atau terpisah dari rombongannya, trek pendakian yang rawan longsor ketika musim hujan, hingga terjebak di tengah kebakaran hutan yang marak terjadi saat musim kemarau. Memang kalau kita sadar akan berbagai risiko yang dihadapi, seorang pendaki akan selalu berhati-hati. Tetap waspada dan tidak mudah panik jika terjadi sesuatu yang diluar kendali. 

Olahraga semacam ini cocok bagi seorang pecandu adrenaline macam sayaKesimpulannya, hiking tak hanya memadukan dua unsur antara rekreasi dan olahraga saja. Lebih dari itu, hiking merupakan perpaduan antara penyegaran pikiran (refreshing), olahraga, dan motivasi bagi seseorang untuk terus bereksplorasi, keluar dari zona nyamannya.


2. Hiking memperluas wawasan, sebagai sarana pengembangan diri, serta meningkatkan kesadaran sosial
Poin ini terkesan naif bagi yang belum pernah mencobanya. Orang akan memandang dengan sinis, terutama pada poin dimana saya katakan kesadaran sosial. Panjang ceritanya jika dirunut dari awal. Yang jelas, hobi ini akan membuka mata kita tentang berbagai sisi sosial. Gunung adalah tempat yang baik untuk belajar. Kita dapat belajar banyak hal darinya. Mulai dari teknis pendakian, peralatan, navigasi, membaca tanda-tanda alam, teknik survival hingga pertolongan medis, dan masih banyak lagi. Tak terkecuali pengembangan diri. Sebagai gambaran, jika kita ingin mendaki suatu gunung, kita akan bertanya pada seseorang yang pernah kesana atau browsing di internet. Mulai dari transportasi, jalur pendakian, kondisi medan, dan banyak lagi. Begitu tiba disana, kita akan menjumpai kehidupan pedesaan masyarakat sekitar. Kita akan melihat sisi lain penduduk Indonesia yang majemuk, jauh berbeda dengan kehidupan di kota. Hal ini bisa memicu kesadaran sosial. Contoh lainnya ketika kita dan rombongan memulai pendakian, kita akan belajar untuk bekerjasama dalam tim. 

Penting diingat agar tidak meninggalkan teman jauh di belakang karena sangat berisiko. Bisa saja dia salah memilih jalur dan akhirnya tersesat. Terlebih jika kondisi berkabut. Selanjutnya, karena kita begitu mencintai alam maka kita akan belajar untuk menghargai alam. Hal paling mudah yang bisa kita lakukan ialah dengan cara menjaga kelestarian alam. Tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak alam seperti menebang pohon, memetik tanaman, mencorat-coret bebatuan, dan juga tidak mengganggu satwa disana. Hal-hal seperti itu merupakan kewajiban seorang pendaki. Jika sudah terbiasa, tentu mindset tersebut akan meningkatkan kesadaran sosial seseorang.

alasan dan manfaat mendaki gunung
Berkemah di Penanjakan, Gunung Bromo, April 2014.


3. Hiking itu passion
Sejak kecil saya selalu bermimpi suatu saat nanti bisa berpetualang ke alam bebas. Waktu kecil, saya pernah jatuh pingsan akibat kepala terbentur terumbu karang saat berlarian di tepi pantai. Saya gak pernah ikut ketika teman saya mengajak liburan ke pantai untuk snorkeling. Bahkan di kolam renang indoor pun saya ogah lantaran gak bisa berenang. Saya sangat menyukai ketinggian dan tempat yang dingin. Bukan berarti saya tidak suka ke pantai, pulau, laut, gua, sungai, air terjun, atau tempat-tempat menarik lainnya. Hanya saja, menurut saya sensasinya enggak bisa menyamai hiking. Maka dari itu, saya fokus untuk terus belajar dan mengembangkan hobi saya yang satu ini. 

Hiking telah menjadi passion hidup saya. Kita akan tahu apa passion hidup kita ketika banyak waktu, pikiran, dan tenaga tercurah disitu. Berjumpa dengan teman yang memiliki passion sama tentu mengasyikkan. Dengan banyak mendaki gunung, kita akan menemukan teman baru, cerita menarik, dan pengalaman unik.


4. Hiking membantu kita belajar me-manage banyak hal
Dalam pendakian, manajemen sangatlah perlu. Manajemen yang dimaksud disini berupa menajemen peralatan, manajemen biaya, hingga manajemen waktu. Manajemen peralatan ialah menentukan apa saja yang harus dibawa karena tiap gunung berbeda-beda. Hindari membawa peralatan yang tidak perlu karena hanya akan menambah bobot yang kita bawa. Demikian halnya dalam manajemen packing. Peletakan peralatan di dalam tas juga perlu diatur supaya efisien. Obat-obatan kita siapkan di tempat yang mudah dijangkau. Sedangkan peralatan tidur semisal sleeping bag dan matras diletakkan paling bawah karena digunakan terakhir. 

Manajemen biaya yakni tentang mengorganisir pengeluaran saat merencanakan pendakian. Mulai dari transport, logistik, beli atau sewa peralatan, hingga jasa guide atau porter jika diperlukan. Hal ini butuh persiapan matang agar pengeluaran bisa ditekan seminim mungkin. 
Sedangkan manajemen waktu yakni mulai dari penentuan tanggal dan jam berangkat, jam berapa start mendaki, lama perjalanan ke pos pendakian, kapan melanjutkan perjalanan ke puncak, hingga kapan harus turun dan kembali ke rumah. Intinya, manajemen waktu ialah bagaimana cara kita mengalokasikan waktu yang ada se-efektif mungkin agar tidak terlalu memforsir tenaga. Pada ujungnya, kita akan terbiasa membuat prioritas sesuai dengan kebutuhan.


5. Melatih mengambil keputusan
Hiking melatih kita untuk mengambil keputusan secara tepat dan efisien. Ketika baru pertama kali memulai hobi ini, kita akan mencari info tentang peralatan yang akan kita beli duluan. Item apakah yang harus kita utamakan dan apa saja faktor penentunya. Bisa soal harga, merk, kualitas, dan lain sebagainya. Selanjutnya menentukan gunung mana dulu yang sesuai level kita, menentukan waktu pendakian, transportasi, serta banyak lagi lainnya.