Langsung ke konten utama

Tragedi Tenda Bocor di Gunung Arjuno

Tragedi Tenda Bocor di Gunung Arjuno

Tiap pendakian menyimpan cerita tersendiri. Kenangan itu tak melulu yang indah-indah. Bisa juga kenangan itu berupa tragedi. Kisah kali ini terjadi ketika saya mendaki Gunung Arjuna bulan Mei 2013 silam. Rombongan kami berjumlah 9 orang yang semuanya berasal dari Surabaya. Ini merupakan gunung ke-empat yang saya kunjungi. Sebelumnya saya sudah pernah ke Gunung Penanggungan, Semeru, dan Welirang. Pendakian ke Arjuna kali ini lebih asyik karena bersama kawan-kawan dekat saya. 


Karena tergolong masih newbie, peralatan mendaki yang saya punya cuman tas carrier Avtech Outsider (baca reviewnya disini), jaket waterproof non-breathable bikinan lokal, dan sandal gunung. Untuk peralatan lain seperti sleeping bag, tenda, dan alat memasak, kami menyewa di rental peralatan outdoor. Nah, karena terlalu menyepelekan dan menunda-nunda waktu, kami tak kunjung dapat rentalan tenda hingga H-1. Beruntung saya punya teman di daerah Sidoarjo yang ngasih rekomendasi tempat persewaan alat outdoor. Akhirnya kami menyewa 2 buah tenda disana. 


Tenda ini merk Bestway dengan warna kombinasi hijau tua dan putih. Alasnya terbuat dari terpal dan frame tenda masih besi, bukan alloy. Jelas ini bukan tenda ultralight. Karena sudah sering dipakai dan jarang dicuci, warna putihnya ini jadi agak kuning kecoklatan. Kami mulai pendakian di pagi hari dan mendirikan tenda di Pos Kokopan. Saat itu cuaca mendung dan berkabut. Tenda masih aman-aman saja karena belum hujan. Hanya sesekali gerimis.


Besok paginya di hari kedua kami lanjut nge-camp di Pondokan. Kami tiba disana sore hari. Selama perjalanan cuaca tidak menentu. Kadang hujan, kadang terang. Untung sore itu hingga malam harinya cuaca lumayan cerah. Hanya sesekali turun hujan sebentar. Kami sempat berbagi cerita dengan tenda sebelah. Duduk-duduk melingkar sambil minum kopi, menatap langit yang bertabur bintang, sembari menikmati merdunya suara alam. Momen seperti inilah yang paling ditunggu di setiap pendakian.


Hari ketiga, kami hendak ke Puncak Arjuna. Kami berangkat pukul 8 pagi. Salah satu teman kami tinggal di tenda dan tidak ikut ke puncak karena dia sudah pernah kesana. Selain itu katanya sih fisiknya sudah gak sekuat dulu lagi. Selama perjalanan, kami berpapasan dengan beberapa rombongan yang juga mau ke puncak.


Tenda Bocor di Gunung Arjun
Foto saat perjalanan turun dekat Pos Kokopan dengan latar belakang Gunung Penanggungan.


Singkat cerita, mendekati puncak Arjuna, turun hujan deras disertai petir. Summit paling horror yang pernah saya alami. Kabut tebal membuat jarak pandang terbatas. Parahnya lagi, banyak dari kami yang tidak membawa jas hujan. Untungnya saya bawa jaket waterproof. Kepala dan badan sih aman gak kena hujan, tapi celana panjang cargo yang saya pakai basah kuyup sehingga kalau jalan terasa berat. Dengan terlunta-lunta karena kehujanan dan kecapekan, kami akhirnya sampai juga ke puncak. Di sana terdapat bendera merah-putih beserta tiang plakat penanda.


Hujan semakin lebat disertai petir yang masih terus menyambar. Kami hanya foto-foto sebentar lalu kembali turun. Berbahaya jika terlalu lama berada di puncak karena petir serasa diatas kepala. Jalur jadi licin akibat hujan. Kami harus ekstra hati-hati saat turun. Tak terasa hari sudah mulai gelap. Kami semakin mempercepat langkah kami. Akhirnya sampai juga di Pondokan. Plong rasanya kembali ke tenda. 


Saat hendak masuk ke dalam tenda, teman kami yang tidak ikut muncak itu bilang kalau tenda kami bocor. Air hujan merembes masuk ke dalam tenda sehingga kondisinya mirip kapal yang mau tenggelam. Gak nyaman sekali rasanya. Kondisi badan ngedrop habis dari puncak, eh kembali ke tenda bukannya untuk beristirahat tapi malah semakin tersiksa lantaran tendanya bocor. Saking frustasinya, saya mencocok bagian alas tenda dengan garpu hingga berlubang supaya genangan air di dalam tenda bisa keluar. 


Hujan masih belum reda hingga menjelang dini hari. Banyak dari kami yang kedinginan. Musuh paling gak enak kalau di gunung itu ya suhu dingin di malam hari. Apalagi kalau udara dingin dipadu dengan pakaian yang basah kuyup. Serasa kelar sudah hidup ini. Sekitar pukul 11 malam, hujan mulai reda dan kami harus kerja bakti mengepel lantai tenda dan menambal bagian atas tenda dengan jas hujan poncho supaya tidak bocor lagi jika hujan kembali turun. Setelah sekiranya cukup aman, baru kami bisa tidur meskipun masih menggigil kedinginan. Esok paginya kami langsung turun menuju Pos Pendakian dan setelah magrib kami balik ke Surabaya.


Banyak masukan yang bisa diambil dari pendakian kali ini. Setidaknya ini masih lebih baik jika dibandingkan pendakian saya ke Semeru. Pengalaman akan membuat kita lebih siap dalam mengantisipasi hal-hal diluar dugaan. Baik secara moril maupun perlengkapan. Pelajaran yang saya dapat dari pendakian ke Gunung Arjuna ini dapat anda baca disini.