Jaket gunung sendiri terdiri dari dua macam, yaitu midlayer dan outer layer. Bersama dengan baselayer, ketiga lapisan ini disebut sebagai layering system. Lihat ilustrasinya di bawah. Penggunaan layering system perlu diperhatikan agar pendakian terasa nyaman dan menyenangkan.
Hiking ialah olahraga outdoor yang membutuhkan tenaga ekstra karena tubuh senantiasa bergerak. Untuk itu perlu diingat bahwa jaket gunung yang baik haruslah memiliki sifat breathable agar kulit tetap dapat bernafas. Bahan yang tidak breathable akan membuat gerah karena tidak adanya pori-pori yang memungkinkan kulit untuk bernafas. Tubuh menjadi semakin basah karena keringat tidak bisa terevaporasi keluar.
Perhatian! Tidak disarankan membawa jas hujan plastik yang tipis karena mudah robek. Jas hujan model ponco juga tidak rekomen karena kurang praktis dan tidak menutupi bagian kaki.
Ketika malam, temperatur akan menurun drastis sehingga diperlukan lapisan tambahan. Belum lagi angin dan hujan yang seringkali datang tiba-tiba di tengah pendakian. Tentunya hal itu harus diantisipasi oleh seorang pendaki. Jika bisa diantisipasi, rintangan alam apapun tidak akan mengganggu jalannya pendakian. Rintangan alam itu antara lain:
- Suhu: Suhu atau temperatur adalah rintangan alam pertama yang kita jumpai apabila hendak mendaki gunung. Terutama pada malam hinggi pagi hari. Bukan rahasia umum lagi jika semakin tinggi ketinggian suatu tempat, maka akan semakin dingin pula suhunya. Pada umumnya di daerah tropis seperti Indonesia, suhu malam hari di musim kemarau akan lebih rendah daripada di musim hujan. Bahkan saya sendiri pernah mengalami sampai -3° Celsius ketika di Gunung Argopuro. Bagaimanapun juga, baik di musim kemarau maupun musim hujan di gunung tetaplah dingin. Maka dari itu, jangan sekali-kali meremehkan suhu di gunung meski tidak seberapa tinggi. Bersiaplah selalu untuk kondisi terburuk.
- Angin: Angin merupakan rintangan alam yang paling sering dijumpai ketika mendaki gunung. Semakin tinggi ketinggian biasanya angin bertiup semakin kencang. Angin juga tidak bisa diprediksi kapan akan muncul. Baik di musim kemarau ataupun musim hujan, angin selalu menjadi momok ketika melakukan pendakian. Pasalnya, angin dapat menyebabkan efek wind-chill. Yaitu efek dimana tubuh kita merasakan suhu yang lebih rendah dari yang sebenarnya karena permukaan kulit kita terekspos oleh paparan angin. Oleh sebab itu, penting untuk memilih jaket yang mampu menahan angin (windproof).
- Hujan: Rintangan alam yang satu ini dikenal sangat ganas. Apalagi jika dipadukan dengan kabut tebal, temperatur rendah, dan kecepatan angin yang tinggi. Lengkap sudah amukan alam. Hujan menjadi musuh bebuyutan pendaki sejak zaman dahulu kala. Jika pakaian basah, tubuh akan cepat kedinginan dan mudah menggigil. Ini tentu sangatlah mengganggu dan pastinya bakal merusak mood kita. Efek yang disebabkan oleh hujan selain berpengaruh pada pendaki, juga memengaruhi jalur pendakian. Trek menjadi basah dan berlumpur sehingga mudah selip. Arus aliran air hujan mampu menyebabkan tanah longsor yang sangat berbahaya bagi para pendaki. Petir yang menyambar juga tak jarang menyebabkan pohon tumbang. Hujan di daerah pegunungan sering datang kapan saja, bahkan pada saat musim kemarau sekalipun. Untuk itu, pendaki harus selalu membawa pakaian dan peralatan yang diperlukan jika sekiranya hujan turun tiba-tiba.
Setelah paham mengenai tiga rintangan alam di atas, mari kita bahas terlebih dahulu mengenai midlayer.
Layering system untuk naik gunung. Terdiri dari 3 lapis pakaian yakni baselayer, midlayer, dan outer layer. |
MIDLAYER
Lapisan ini dipakai setelah baselayer dan sebelum outer layer. Karena berada di tengah inilah makanya disebut midlayer (mid/middle = tengah; layer = lapisan). Istilah lain untuk midlayer antara lain insulating layer atau ada juga yang menyebut belay jacket. Fungsi utama midlayer adalah untuk menahan panas tubuh agar tidak terbuang keluar. Panas yang dihasilkan dapat tercipta karena aliran udara dari dalam tubuh tertahan di dalam rongga-rongga yang terdapat pada lapisan ini. Jika tanpa midlayer, maka yang terjadi adalah panas yang dihasilkan tubuh akan langsung terbuang keluar sehingga menyebabkan kedinginan. Lalu berapa banyak kah tingkat insulasi yang diperlukan?
Pengukuran tingkat insulasi dapat dipelajari melalui metode matematis yang disebut clothing insulation. Saya tak akan membahas masalah ini karena terlalu panjang. Pada intinya, banyaknya insulasi yang diperlukan berbanding terbalik dengan tingkat aktivitas dan berbanding lurus dengan suhu lingkungan. Semakin aktif kita bergerak maka semakin sedikit insulasi yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin dingin suhu udara maka semakin banyak insulasi yang dibutuhkan.
Secara garis besar ada tiga jenis bahan midlayer yang biasa digunakan. Antara lain: down alias bulu angsa, high-loft synthetic atau jaket sintetis, dan fleece atau polar. Mari kita bahas satu-persatu.
Secara garis besar ada tiga jenis bahan midlayer yang biasa digunakan. Antara lain: down alias bulu angsa, high-loft synthetic atau jaket sintetis, dan fleece atau polar. Mari kita bahas satu-persatu.
1. Down Jacket
Down adalah insulator alami yang memiliki perbandingan berat dan kehangatan atau warmth-to-weight ratio yang sangat tinggi. Down selalu dilapisi bahan luar yang disebut dengan shell berupa nylon atau polyester sehingga sifatnya tahan angin. Down biasanya terbuat dari bulu bebek atau bulu angsa. Down dengan kualitas premium berasal dari bulu angsa yang telah dewasa. Semakin banyak isi down-nya maka akan semakin hangat dan semakin tebal pula jaket tersebut. Sayangnya produsen seringkali tidak mencantumkan berapa gram isi down-nya. Untuk itu diperlukan standar pengukuran kualitas sebuah down.
Pengukuran kualitas down
Tingkat insulasi down dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu banyaknya down yang digunakan secara kuantitatif dan kualitas dari down itu sendiri. Kualitas down ini dinamakan fill power. Fill power adalah angka yang menunjukkan berapa banyak satu inci kubik (inc3) dari sebuah down dapat mengisi cawan pengamatan. Fill power untuk jaket midlayer biasanya memiliki rentang antara 450 hingga 900. Semakin tinggi fill power-nya maka kualitasnya akan semakin baik. Simak gambarannya di bawah ini.
Contoh di atas adalah sampel fill power pada berat yang sama. Dari kiri ke kanan: 450, 600, 750, 850, 900. |
Kelebihan dan kekurangan down:
(+) Memiliki warmth-to-weight ratio yang sangat baik
(+) Bobotnya ringan dan mudah dikompresi
(+) Tahan angin atau windproof
(+) Sangat breathable
(-) Jika basah, kemampuan down sebagai insulator akan menurun drastis dan menjadi tidak berguna
(-) Down butuh perawatan ekstra agar awet dan supaya performanya tetap terjaga
(-) Down lebih mahal harganya jika dibandingkan dengan bahan midlayer lainnya
(-) Beberapa orang kulitnya alergi terhadap bulu angsa
(-) Beberapa orang kulitnya alergi terhadap bulu angsa
Kesimpulan
Down sangat cocok digunakan pada kondisi cuaca kering di daerah dingin atau di ketinggian lebih dari 3000 mdpl. Jika ada budget berlebih down adalah pilihan tepat. Kini sudah banyak produk down yang di-treatment water-repellent (tahan air intensitas ringan). Meski demikian, jagalah agar selalu kering karena jika basah kuyup insulasinya menjadi tidak berguna.
Contoh jaket midlayer berbahan down. Dari kiri ke kanan: Montane Anti-Freeze, Marmot Mountain Down Hoodie, dan Patagonia Ultralight Down Vest. |
2. Synthetic High-loft Jacket
Yang dimaksud dengan jaket high-loft sintetis adalah jaket yang dibuat dari bahan serat fiber yang disusun berongga-rongga. Serat tersebut biasa terbuat dari polyester. Cara kerja dan fungsi rongga ini sama seperti jaket down, yaitu untuk menyekat panas tubuh supaya tidak terbuang keluar. Sekilas tampilan jaket ini menyerupai jaket down. Jika membeli jaket ini, pilihlah yang ada water repellent-nya sehingga lebih aman jika dipakai di daerah dengan curah hujan tinggi seperti di Indonesia. Di antara tiga bahan yang biasa dipakai membuat midlayer, jaket jenis ini adalah favorit saya karena lebih murah dari down namun tak kalah hangatnya. Produsen bahan synthetic high-loft yang terkenal antara lain Primaloft, Climashield, Hollofil, Thermax, Thermosoft, dan Thermawrap. Masing-masing produsen tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Primaloft Gold atau yang dulunya bernama Primaloft One adalah seri high-end dari Primaloft. Selain itu, beberapa apparel outdoor juga memiliki teknologi insulasi buatan mereka sendiri. Seperti contohnya The North Face Thermoball dan Berghaus HydroLoft. Bahan lainnya yang umum dipakai ialah Dacron. Dacron merupakan nama dagang dari serat polyester yang dibuat oleh DuPont, perusahaan tekstil asal Amerika Serikat.
Kelebihan dan kekurangan sintetis:
(+) Memiliki warmth-to-weight ratio yang baik
(+) Tahan angin atau windproof
(+) Breathable
(+) Bahannya lebih awet dari down
(+) Harganya lebih murah dari down
(+) Tidak menyebabkan alergi
(+) Harganya lebih murah dari down
(+) Tidak menyebabkan alergi
(-) Tidak ada standar baku untuk menilai kualitas bahan sintetis
Kesimpulan
Jaket serbaguna di segala medan yang ringan, breathable, dan windproof. Memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap air jika dibandingkan dengan down. Harganya-pun biasanya lebih murah daripada yang berbahan down.
Contoh jaket midlayer berbahan sintetis. Dari kiri ke kanan: The North Face Thermoball Hybrid, Patagonia Nano Puff, dan Mountain Hardwear Ghost Whisperer. |
3. Fleece Jacket
Fleece di Indonesia sendiri lebih dikenal dengan istilah polar lantaran awal mulanya diproduksi oleh pabrik tekstil asal Amerika Serikat bernama Polartec pada tahun 1979. Untuk lebih mengenal Polartec, bisa baca artikelnya disini. Label fleece terkemuka lainnya ialah Thinsulate dan Thermolite. Thinsulate diproduksi oleh 3M Company, sebuah perusahaan manufaktur terkemuka. Sedangkan Thermolite diproduksi oleh Invista, perusahaan manufaktur serat fiber terbesar di dunia. Fleece berasal dari polyester dengan nama senyawa polyethylene terephthalate (disingkat PET). Selain untuk apparel outdoor, fleece juga dipakai untuk perlengkapan rumah tangga semisal selimut dan sprei. Fleece ramah lingkungan karena dapat diproduksi dari limbah daur ulang, contohnya plastik dan botol bekas. Ada banyak sekali jenis dari fleece ini. Fleece buatan Polartec sendiri yang paling populer ialah Polartec Classic. Tersedia dalam berbagai ketebalan. Mulai dari 100, 200, dan 300. Semakin tebal bahan fleece maka akan semakin hangat. Fleece keluaran Polartec yang paling mutakhir ialah Polartec Thermal Pro.
Kelebihan dan kekurangan fleece:
(+) Tetap bekerja sebagai insulator tubuh meski dalam kondisi basah
(+) Lebih cepat kering
(+) Cukup breathable
(+) Harganya relatif murah
(+) Mudah perawatannya karena tidak membutuhkan perhatian khusus
(-) Memiliki warmth-to-weight ratio yang lebih rendah jika dibandingkan dengan down dan sintetis
(-) Tidak terlalu windproof. Namun beberapa seri tertentu telah ditambahkan membran untuk menahan angin, semisal: Polartec Windbloc, Polartec Wind Pro, dan Columbia Omni-Wind Block.
Kesimpulan
Fleece cocok untuk kondisi apapun karena bisa disesuaikan dengan ketebalan bahan. Fleece tipis seperti Polartec Classic 100 atau istilah lainnya microfleece sangat cocok untuk dipakai baselayer saat trekking di malam hari. Fleece juga lebih aman dipakai saat musim hujan karena sifatnya yang mudah kering dan tetap memberi insulasi tubuh meski dalam kondisi basah.
Contoh jaket midlayer berbahan fleece. Dari kiri ke kanan: Arc'teryx Fortrez, Helly Hansen Langley, Berghaus Prism, dan Columbia Steens Mountain. |
OUTER LAYER
Outer layer biasa disebut juga sebagai outer-shell. Outer layer ini dikenakan pada lapis terluar. Berfungsi sebagai proteksi dari air hujan dan angin supaya tubuh tidak basah ataupun menggigil kedinginan.
Penggunaan outer layer dapat digunakan secara terpisah maupun dirangkap dengan midlayer. Ketika trekking disaat hujan, outer layer dapat langsung digunakan setelah baselayer. Penggunaan midlayer bersamaan dengan outer layer berfungsi untuk menambah kehangatan. Umumnya dipakai di malam hari ketika sudah mendirikan tenda dan sebagai pakaian pelengkap tidur.
Outer layer juga harus breathable agar kulit bisa bernafas sehingga tidak bikin gerah. Pada prinsipnya, setiap jaket yang waterproof pasti juga windproof karena terdapat membran yang mampu mencegah angin supaya tidak masuk ke dalam. Jadi intinya outer layer harus memiliki tiga sifat. Yakni waterproof, windproof, dan breathable.
Penggunaan outer layer dapat digunakan secara terpisah maupun dirangkap dengan midlayer. Ketika trekking disaat hujan, outer layer dapat langsung digunakan setelah baselayer. Penggunaan midlayer bersamaan dengan outer layer berfungsi untuk menambah kehangatan. Umumnya dipakai di malam hari ketika sudah mendirikan tenda dan sebagai pakaian pelengkap tidur.
Outer layer juga harus breathable agar kulit bisa bernafas sehingga tidak bikin gerah. Pada prinsipnya, setiap jaket yang waterproof pasti juga windproof karena terdapat membran yang mampu mencegah angin supaya tidak masuk ke dalam. Jadi intinya outer layer harus memiliki tiga sifat. Yakni waterproof, windproof, dan breathable.
Sejarah singkat kain waterproof-breathable
Kain waterproof-breathable pertama kali diperkenalkan secara komersil pada tahun 1976 oleh sebuah brand bernama Gore-Tex produksi W. L. Gore Associates asal Amerika Serikat. Teknik yang digunakan ialah dengan proses laminasi. Lapisan waterproof-breathable ditambahkan pada serat kain yang terbuat dari bahan polyester atau nylon. Lapisan ini terbuat dari polytetrafluoroethylene yang telah direnggangkan atau disingkat ePTFE. Secara mikroskopis, pori-pori ePTFE berdiameter 1/20000 lebih kecil dari tetes air sehingga air tidak dapat masuk ke dalam kain namun molekul uap masih dapat tembus keluar melalui pori-pori mikroskopis tersebut. Sehingga dinamakan waterproof-breathable.
Ada dua macam proses dalam pembuatan kain waterproof-breathable, yakni laminasi (laminated) dan pelapisan (coating). Laminated ialah pemberian lapisan waterproof-breathable dengan cara menyisipkan membran ePTFE dan merekatkannya di antara kain terluar (outer fabric) dan kain bagian dalam (inner lining). Sedangkan coating ialah dengan cara melapisi polimer ePTFE atau polyurethane (PU) pada membran bagian dalam kain. Secara teoretis, metode laminasi lebih awet dan tahan lama sehingga harganya-pun lebih mahal.
Kemampuan waterproofing suatu jaket bisa menurun karena berbagai sebab. Di antaranya faktor usia sehingga coating-nya rontok, retak-retak, atau mengelupas. Bisa juga karena cara merawat dan mencuci yang salah. Di bawah ini ialah ilustrasi lapisan-lapisan pada kain waterpoof-breathable.
Ada dua macam proses dalam pembuatan kain waterproof-breathable, yakni laminasi (laminated) dan pelapisan (coating). Laminated ialah pemberian lapisan waterproof-breathable dengan cara menyisipkan membran ePTFE dan merekatkannya di antara kain terluar (outer fabric) dan kain bagian dalam (inner lining). Sedangkan coating ialah dengan cara melapisi polimer ePTFE atau polyurethane (PU) pada membran bagian dalam kain. Secara teoretis, metode laminasi lebih awet dan tahan lama sehingga harganya-pun lebih mahal.
Kemampuan waterproofing suatu jaket bisa menurun karena berbagai sebab. Di antaranya faktor usia sehingga coating-nya rontok, retak-retak, atau mengelupas. Bisa juga karena cara merawat dan mencuci yang salah. Di bawah ini ialah ilustrasi lapisan-lapisan pada kain waterpoof-breathable.
Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai Gore-Tex, silakan baca disini.
Pengukuran waterproof
Kemampuan suatu jaket untuk menahan air biasanya diukur dengan satuan milimeter. Satuan tersebut menyatakan tinggi air yang dapat ditampung pada permukaan kain berdiameter 1 x 1 inci pada sebuah tabung. Ini merupakan standar pengukuran yang umum digunakan oleh apparel outdoor. Prosedur pengukuran tersebut dinamakan static column test. Semakin tinggi ratingnya maka semakin baik kemampuan jaket tersebut dalam menahan air. Lihat video ilustrasi di bawah ini untuk lebih jelasnya.
Berdasarkan standar internasional, suatu bahan dikatakan waterproof jika memiliki rating minimal 5.000 mm. Semakin tinggi ratingnya, semakin tahan air bahan tersebut. Lihat tabel di bawah ini untuk lebih jelasnya.
Rating (mm)
|
Tingkat Resistensi
|
Tahan Cuaca
|
0 - 5.000
|
Water-resistant
|
Gerimis
|
6.000 - 10.000
|
Waterproof ringan
|
Hujan sedang
|
11.000 - 15.000
|
Cukup waterproof
|
Hujan lumayan deras
|
16.000 - 20.000
|
Waterproof
|
Hujan deras
|
> 20.000
|
Sangat waterproof
|
Hujan sangat deras
|
Pengukuran breathability
Standar yang biasa digunakan yakni moisture vapor transfer atau disingkat MVT. MVT ialah banyaknya uap air yang keluar (diukur dalam gram) melalui proses permeabilitas pada luas permukaan sebesar satu meter kuadrat per-harinya. Satuan MVT ialah gr/m2/hari atau gr/m2/24jam . Semakin tinggi nilai MVT-nya maka breathabilitas-semakin baik. Artinya kain tersebut tidak cepat bikin gerah.
Pengukuran windproof
Satuan pengukuran windproof menggunakan Cubic Feet per Minute (disingkat CFM). Penjelasannya, berapa banyak angin yang dapat menembus kain per menitnya. Diukur dengan satuan volume kubik. 0 CFM mengindikasikan material tersebut mampu menolak angin sepenuhnya. Sebagai contoh, pada jaket tertera 6 CFM. Ini berarti jaket tersebut mampu menahan angin sebesar (100-6) 94%. Produsen bahan windproof yang terkenal ialah Windstopper milik Gore Company, perusahaan yang juga memproduksi Gore-Tex. Untuk lebih mengenal Windstopper, baca artikelnya disini.
Hubungan antara waterproof dan windproof dengan breathabilitas
Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan waterproof dengan windproof ialah berbanding lurus. Semakin waterproof suatu bahan maka akan semakin windproof pula. Sedangkan hubungan waterproof dengan breathabilitas ialah berbanding terbalik. Semakin waterproof suatu bahan, biasanya breathabilitasnya berkurang. Maka dari itu, kuncinya adalah menjaga keseimbangan antara ketiga variabel di atas.
Berikut ini tabel waterproof dan breahability rating dari beberapa brand ternama.
Brand
|
Waterproof Rating
|
Breathability Rating
|
Gore-Tex 3L
|
> 28.000
|
17.000
|
Gore-Tex Pro 3L
|
> 28.000
|
25.000
|
Gore-Tex Paclite 2,5L
|
> 28.000
|
15.000
|
Gore-Tex C-Knit 3L
|
> 28.000
|
> 20.000
|
eVent 3L
|
30.000
|
> 20.000
|
eVent DVstorm 3L
|
10.000
|
> 30.000
|
Marmot NanoPro 2,5L
|
> 10.000
|
17.000
|
The North Face Hyvent 2,5L
|
> 15.000
|
13.000
|
Patagonia H2NO 2,5L
|
15.000
|
13.000
|
Helly Hansen HellyTech 2,5L
|
> 10.000
|
> 10.000
|
Fjällräven Eco-Shell 3L
|
30.000
|
26.000
|
Millet DryEdge 2L
|
10.000
|
10.000
|
Mont Hydronaut Pro 3L
|
30.000
|
> 20.000
|
Pertex Shield+ 2,5L
|
20.000
|
20.000
|
Rab Proflex 3L
|
10.000
|
30.000
|
Consina Inconitex 3L
|
10.000
|
7.000
|
Eddie Bauer WeatherEdge Pro 3L
|
20.000
|
20.000
|
Teknologi lainnya selain Gore-Tex
Tak jarang tiap brand memiliki penamaan teknologi waterproof-breathable tersendiri. Berikut ini contoh penamaan yang dipakai oleh beberapa apparel outdoor:
- Adidas → Climaproof
- Berghaus → AQ 2, AQ 2.5, dan yang terbaru HydroShell
- Black Yak → Aquashield
- Columbia → Omni-Tech dan Omni-Dry
- Consina → Inconitex
- Echoroba → Hydro-V
- Eddie Bauer → WeatherEdge
- Fjällräven → Eco-Shell
- Helly Hansen → HellyTech
- Jack Wolfskin → Texapore
- Karrimor → Weathertite
- Kresnoda → K:Tex³
- Lowe Alpine → Triplepoint AP
- Mammut → DryTech
- Marmot → MemBrain dan yang terbaru NanoPro
- Millet → DryEdge
- Mont → Hydronaute
- Mountain Equipment → Drilite
- Mountain Hardwear → Conduit, sekarang Dry.Q
- Nike → Storm-FIT
- Patagonia → H2NO
- Puma → StormCell
- REI → Elements
- Rab → Proflex
- Reebok → Playshield
- Salomon → dulu ClimaPro, sekarang AdvancedSkin Dry
- Snugpak → Paratex Dry
- The North Face → HyVent
- Trespass → Tres-Tex
- Under Armour → ArmourStorm
- Uniqlo → BlockTech
- Produsen garmen lainnya selain Gore-Tex → eVent, Polartec Neoshell, SympaTex, Duratex, Uneebtex, Pertex Shield, Cocona, Hydro/Dry, Entrant and Dermizax, Nextec, Schoeller's DrySkin Extreme, c_change, Dura-Dry dan masih banyak lagi yang lainnya.
Contoh jaket waterproof-breathable. Dari kiri ke kanan: Marmot Precip, Outdoor Research Helium II for woman, The North Face Resolve, dan Patagonia Torrentshell. |
Tips Memilih Jaket Gunung
- Untuk midlayer pilihlah ukuran yang pas di badan. Ukuran yang pas dan tidak terlalu longgar akan semakin hangat karena fungsi utama midlayer sebagai insulasi untuk penghangat tubuh.
- Untuk outer layer pilihlah yang agak longgar sehingga dapat dipakai rangkap dengan midlayer.
- Pilihlah jaket yang berwarna mencolok supaya memudahkan identifikasi. Kita tidak pernah tahu berbagai kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di gunung. Oleh karena itu, warna yang mencolok akan memudahkan tim SAR jika kita tersesat di gunung. Jangan memilih warna kamuflase seperti loreng-loreng yang biasa dipakai tentara karena akan menyulitkan pencarian.
- Pilih jaket outer yang ada penutup kepalanya (kupluk / hoodie) supaya kepala tetap terlindungi dari air hujan.
- Untuk pendakian gunung-gunung di Indonesia, sebaiknya cukup membawa dua buah jaket saja. Satu jaket midlayer dan satu jaket outer layer. Hindari membawa jaket yang berlebihan karena hanya akan menambah bobot barang bawaan.
- Simpan jaket midlayer ke dalam tas kresek agar tetap kering. Untuk outer layer, taruh di tas yang mudah dijangkau supaya gampang diambil jika sewaktu-waktu turun hujan.
- Fitur yang perlu diperhatikan antara lain: jumlah kantong termasuk saku di bagian dalam, tali pengencang pinggang, perekat pergelangan tangan, dan kantong penyimpanan (jika ada). Lihat gambar di bawah untuk lebih jelasnya.
- Cek tape perekat (seam-seal) pada jaket outer yang akan kita beli. Pastikan tidak ada yang mengelupas supaya air tidak merembes masuk melalui sela-sela jahitan.
- Selalu lakukan uji coba jaket waterproof, terutama jika baru beli. Cobalah memakainya di luar rumah ketika hujan atau berdiri di bawah pancuran air selama beberapa menit untuk memastikan bahwa jaket benar-benar waterproof dan siap dibawa berpetualang.
Tali pengencang pinggang dan risleting ketiak untuk ventilasi udara supaya tidak gerah. |
Perekat pada pergelangan tangan. |
Saku di bagian dalam. |
Kantong penyimpanan. |
Seam-sealing di jahitan dalam jaket waterproof-breathable. |
Itulah penjelasan dan macam-macam jaket gunung beserta tips memilihnya. Jangan sampai salah pilih karena fungsinya sangat vital yakni sebagai tameng dari segala macam cuaca. Tak cukup hanya dengan memilih jaket yang tepat saja. Selanjutnya diperlukan perawatan agar jaket tetap dalam kondisi prima. Untuk tips merawat dan mencuci jaket gunung bisa anda baca disini.